Powered By Blogger

welcome to MY WORLD

Hi, this is blog of hullie "QUEEN"

Have fun GUYS!
^^

about "BEECHINSTEIN"

Foto saya
Borneo, Indonesia
i'm 17th

need help?

Kamis, 18 Februari 2010

CERPEN -karya sendiri- (^^)




Cantik, sexy, berbody ‘aduhai’, tajir, smart, tampilan sempurna alias perfect adalah dambaan setiap pria di dunia ini. Heran mengapa Tuhan menciptakan para wanita – wanita itu sedemikian rupanya. Dan bila ku pandang ke arah cermin, aku bahkan hanya memiliki seperempat dari semuanya itu. Dengan ukuran tubuh yang ideal, rambut dikepang dua dan IQ yang tinggi tapi berpajangan sebuah kacamata di mataku.


MELLO PAPUA DIHATIKU 






Namaku Acella Androana, dengan panggilan akrabku “ Cella”. Aku anak tunggal, dan sekarang aku tinggal dengan mom orangtua semata wayangku. Daddy….., ia adalah polisi terbaik di hatiku, ia meninggal setahun yang lalu saat perampokan bank itu. ~~~*_*~~~. Dad meninggal karena ditembak oleh para perampok itu, dengan 3 peluru bersarang ditubuhnya. Saat itu aku tak mau menangis, melihat mom yang kelihatannya begitu menderita. Aku tak terima semuanya itu, aku tak mau lagi mengingat waktu itu apalagi mengingat aku dan mom melihat kematian dad dengan mata kepala kami sendiri. Sekarang aku duduk di bangku SMA kelas 1. Aku senang dengan sekolahku yang fasilitasnya lengkap, yah , saat itu ku berpikir “ akhirnya sekolah yang ada di Indonesia ini bisa memiliti fasilitas lengkap seperti sekolah yang ada diluar negeri . ” Hanya, aku paling nggak suka kalau sudah jam istirahat…..! Kanan kiri, semuanya berpasangan, dunia apa ini ??? heah,….sedangkan aku….! Nggak, aku nggak mau pacaran, pacaran itu hanya akan mengganggu kosentarsi belajar, enakkan juga single, *_*.
Hari minggu yang lalu paman Ghani, kakak mom datang dari Papua. Paman berkerja di Papua sudah berkisar 3 tahun, bukan dikotanya tetapi di daerah pedalamannya. Aku bingung betah sekali paman disana? Karena bayanganku terhadap orang – orang Papua itu,……hitam, kurang menjaga kebersihan, kurang berpendidikan ya namanya orang pedalaman, dan satu lagi mengerikan. Itu pemikiranku dulu, tetapi berubah setelah paman menceritakan tentang orang – orang Papua itu. Aku merasa tertarik dengan kehidupan mereka. Paman malah menawarkan aku liburan ini berkunjung kesana, lagipula kata paman mungkin aku bisa membantu mereka belajar.
“ Aku pikir – pikir dulu deh Paman ,” ucapku pada paman. Mom pun hanya teresenyum sambil memakan kue oleh – oleh dari paman.
“ Iya .”
*****
Hari ini adalah pembagian raport akhir semester. Seperti biasa dari SD sampai sekarang saja posisi juara satu selalu aku pegang, *-^. Aku dan teman - teman saling berpelukan berjingkrakkan. Senang bahagia adalah alasan yang tepat.
“ Cel, liburan ini kamu kemana ?”
“ Aku…ehm….aku ke PAPUA !” dengan mantap aku berkata lalu tertawa melihat muka mereka yang tampak heran, bingung, atau lebih tepat lagi ‘not believe’.
Titt…titt…
Suara mobil mom! Aku pulang ya, see you later !” seruku langsung berlari kearah mobil.
I’m not believe that. PAPUA ? Dia gila ya mau ke Papua ?”
“ Paling juga, just kidding !”
*****
“ Cel, cepat !” seru Paman yang sudah menunggu di mobil.
“ IYA !” aku langsung lekas berlari menuruni tangga, lalu berpamitan pada mom. Aku memutuskan untuk mengikuti ajakan paman ke Papua, sekaligus mencari pengalaman selama liburan, *-^.
“ Hati – hati ya Cell ,” ucap mom membelai rambutku, membuatku ingin menangis saja.
I will miss u mom !” ucapku lalu memeluk mom, “ Mom hati – hati juga ya dirumah ,” ucapku yang dibalas kedipan khas mom. Dan kamipun berangkat, heah…. perjalanan yang panjang menuju Papua, aku akan merindukan mom dan kampung halamanku, c u semuanya.
*****
“ Hei, kembalikan coklatku !” seruku berlari di hutan rimba Papua ini pada Biji, salah
satu anak ‘rimba’ itu, “ Auww…, aaa…..! pekikku kesakitan.
“ Kamu baik – baik saja ?” tanya Mello, salah satu anak rimba juga . Tapi yang ini berbeda. Ia bisa berbahasa Indonesia, pintar pula tapi nggak sepintar aku , dan nggak kalah kagetnya, kulitnya pun nggak hitam malahan kuning langsat. Ku dengar dari paman dia diangkat oleh orang – orang rimba itu, dan ku dengar lagi ia ditinggal oleh orang tua kandungnya dihutan ini, dasar jahat orang tuanya itu. Mello juga pernah sempat sekolah di kota, tapi karena tak ada biaya dia tidak bisa bersekolah lagi. Mello seumuran denganku, makanya untung saja ada dia, kalau tidak aku bisa gila. Apalagi paman malah pergi ke kota bersama kepala suku, aku ditinggal sendirian ~~*-*~~.
Mello, langsung menggendongku. Aku sudah ada di Papua dari kemarin dan ini hari keduaku disini. Hari pertamaku kemarin aku hampir gila, anak-anak rimba itu mengerjaiku habis – habisan. Camilanku habis diambil mereka, dan coklat terakhirku pun diambil juga. Sebel….!!!!! Tapi aku senang karena ada Mello *-^.
Aku mulai mengajar mereka, memang sulit untuk berkomunikasi, tapi ku coba dengan bantuan Mello. Dia itu…….baik sekali ^-^. Aku mengajar mereka cara berhitung dan menulis. Agak sulit tapi menyenangkan juga. Setelah selesai mengajar, Mello mengajakku ke suatu tempat, katanya itu adalah tempat rahasianya.
“ Rahasia, berarti aku istimewa dong ! ”, pikirku sambil tertawa sendiri.
Tiba – tiba lamunanku hilang, terbang saat dia menceritakan kisahnya padaku.
“ Setelah saya ditinggal orang tua saya, saya menjadi rebutan antara suku yang sekarang saya tinggali dan suku tetangga kami. Mereka percaya, bahwa saya adalah titisan dewa yang akan membawa keabadiaan.
Keabadiaan, titisan dewa, memangnya mereka kira ini zaman apa?”
“ Hei, kemu masih mendengarkan saya kan?”
“ Iya, silahkan lanjutkan ?”
“ Itu menyebabkan perperangan antara kedua belah suku. Bahkan setiap perperangan ada saja yang tewas. Kepala suku yang kemarin sebelum diganti yang sekarang, ia sudah saya jadikan ayah saya sendiri tapi… ia sudah tewas karena dibunuh. Itu semua karena saya, tetapi walau demikian mereka tetap baik pada saya, saya jadi merasa selalu bersalah ,” ceritanya merundukkan kepalanya. Aku baru pertama kali melihat dia begini. Aku mengerti bila menjadi dia, pasti akan sedih sekali. Sudah ditinggal orang tua, sekarang…..!
“ Heah….,” akupun menarik nafas, “ Aku juga……..sedih, dad sudah meninggal, “ ucapku mengangkat daguku untuk menahan tangisku, lalu aku menghadap Mello dan tersenyum padanya, “ Tapi aku bangga, ia meninggal sebagai pahlawanku dan pahlawan semua orang.”
“ Dad ? apa itu Dad ?” tanyanya lugu.
Aku ingin sekali tertawa nyaring, tapi kembali ku ingat, namanya juga anak rimba, “ Dad itu ayah !” seruku tak bisa menahan tawa lagi.
Mello pun tersenyum dan berkata “ Ayah kita…walaupun sudah tidak ada lagi, mereka akan selalu hidup di hati kita .” Aku pun membalas dengan tersenyum. Oh, Tuhan jujur aku baru pertama kali menceritakan kesedihanku pada orang lain. Entah kenapa aku mulai berpikir ‘ kenapa harus Mello ?’


Hidup penuh dengan kejutan
Satu hal itu yang ku percaya
Betapa besar aku tahu Tuhan
Segala yang Kau beri buatku bingung
Hari kemarin, dan hari ini
Ku rasa berbeda
Ingin menutup dan membuka mata lagi
Ingin ku tahu apa ini nyata
Atau hanya sebuah cerita mimpi
Bertemu dengannya buatku berbeda
Buatku bahagia, buatku tak takut
Ia seperti sebuah pedang untuk melindungiku
Ia seperti sebuah batang yang mencari bungaku
Ia bagai “MELLO PAPUA DI HATIKU”


Pagi yang indah, hari ini hari kelima ku disini. Entah kenapa aku jadi bersemangat sekali.
Ku lihat paman dan kepala suku ada di bawah sedang berbincang - bincang, “ Rupanya paman sudah kembali !” ucapku dalam hati, tiba – tiba ia datang…..
“ Cel, !” seru Mello
“ Kenapa ?”
“ Saya mewakili anak – anak ini minta maaf .”
“ Untuk ?” tanyaku. Lalu mereka memperlihatkan kacamata yang kacanya sudah pecah dan bingkainya sudah patah, oh my God……, “ KACAMATAKU !!!” ucapku ingin menangis.
Oh my God !” ejek anak – anak rimba itu meniru logatku.
“ Maafkan mereka ya Cel, mereka masih kecil, jadi…!”
“ Dasar ANAK NAKAL ,” teriakku saking kesalnya, lalu langsung pergi marah – marah dengan rambut teruarai. Mello, langsung mengejarku.
“ Cella, kamu mau kemana ? “ tanya Paman. Aku tak peduli ucapan Paman, aku segera memepercepat langkahku, aku rasanya ingin pulang saja. Tiba – tiba Mello meraih tanganku, jantungku…..jantungku berdegup kecang. Sadar, aku langsung melepas tangannya, lalu lari secepat mungkin. Aku merasa ia tak mengejarku lagi, aku pun berjalan. Tiba – tiba tanpa ku sadari ia menangkap tanganku.
“ Jangan marah lagi ya Cel ,” ucapnya buat rasa dihatiku beraduk saja.
“ Aku kesal dengan mereka !”
Tersenyum, “ Maafkan mereka ya ! saya mohon ,” pintanya. Baru kali ini aku melihat ia memohon begitu. Kenapa ? kenapa demi anak-anak nakal itu dia…..
“ Ia, aku maafin mereka .”
“ Makasih ya !” ucapnya , “ Kamu tampak cantik dengan rambut terurai ,” pujinya tiba – tiba seraya tersenyum.
*****
“ Kamu tampak cantik dengan rambut terurai ,”, apa dia serius dengan kata – katanya itu ? Kalimat itu selalu saja berputar di otakku. Heah…….., perasaan apa ini ? Sudah….sudah, jangan pikirkan itu lagi.
“ WHU, WHU……WHU…………………….. !”
“ Suara apa itu ?” tanyaku pada diriku sendiri. Tiba – tiba Mello datang menghampiriku.
“ Cel, perang kedua suku mulai lagi .”
Aku dan Mello segera berlari menuju tempat perperangan. Aku benci melihat perang, itu mengingatkan aku pada kematian dad. Itu membuatku ingin menangis.
“ Kamu tunggu disini saja ya, jangan kemana – mana !” seru Mello padaku
“ Kamu mau kemana ?”
“ Perang !” Kata – kata itu membuatku ingat dad. Aku pun diam terpaku. Haruskah ada perang ? …… DAD......
Aku ketakutan, aku trauma.
Hei siapa itu ???...... Tidak, ganasnya, kejam sekali mereka membunuh kepala suku. Astaga, oh Tuhan jantungku, mereka mencongkel bola matanya, aku mau muntah melihanya. Untuk apa mereka melakukan itu ? Semoga itu tidak terjadi pada Paman . Hah, paman kemana ?
Aku pun segera mencari paman, aku tak peduli lagi. “ PAMAN, PAMAN,…..!” aku mendengar suara kecil memanggil namaku, aku pun segera berlari mencari dan ku dapati paman tengah terbaring dengan baluran darah di perutnya.
“ Paman,” aku sangat kaget, “ Paman, paman masih bisa bertahan kan ?” tanyaku, dan paman hanya membalas dengan tersenyum, tiba – tiba Mello datang.
“ Mello, kau dan Cella masih muda. Pergilah dari tempat ini, pergilah ke kota, disana carilah Mariam, ia akan menolong kalian,” kata Paman terengah – engah.
“ Mariam ?”
“ Dia teman paman Ghani ! Dia sering menolong orang rimba disini , ayo kita pergi dari sini !” ajaknya
Aku lalu berpaling kearah paman, “ Tapi paman, paman harus ikut kami ,” ucapku pelan dan perlahan air mataku keluar. Aku tak mau kehilangan lagi Tuhan, ku mohon.
“ Pergilah Cella paman mohon, dan kau Mello, jagalah Cella !”
“ Baik paman,” turut Mello, ia langsung menggengam tanganku.
“ Barang – barangku bagaimana ?” tanyaku
“ Tinggalkan saja, cepat pergi, cepat !” seru Paman dengan nada terengah – engah. Sungguh, aku tak tega melihatnya. Kenapa harus begini ? Mello, segera membawaku pergi dari tempat itu. Pikiranku terhenti.……………………aku melepas tangannya dan pergi kearah paman. Tuhan , aku benar – benar tak bisa !
“ Paman ……”
“ Cella …”
“ Biarkan aku memeluk paman, aku akan pergi setelah ini,” ucapku menangis. Aku pun segera pergi setelah itu, aku tak mau menengok ke belakang lagi, aku tak mau. Mello menggengam tanganku erat, kami segera berlari dari hutan belantara yang penuh pepohonan, binatang - binatang, rumput yang tinggi.
Sepanjang jalan aku berpikir, kini aku mengerti apa yang ku rasakan di tempatku sungguh sangat berbeda di tempat ini. Kenapa didunia ini harus ada perbedaan…..
Saat kita bahagia di dunia kita
Tak tahukah kita, tak pedulikah kita
Ada kehidupan lain di luar sana
Selimut kehidupan menyembunyikan misteri
Tapi usaha untuk mencari dan memperbaiki
Andai semua manusia memilikinya


Lama berjalan, kami sudah diujung hutan, ketika ada truk sayur lewat kami ikut menumpang, tapi tiba – tiba saat truk mau berangkat, Mello malah turun dari mobil.
“ Saya tak bisa meninggalkan tempat ini. Cell, kamu mengerti bukan, ini semua salah saya, saya harus kembali !”
“ Aku…aku tahu, tapi aku nggak mau kamu pergi,” ucapku menahan tangis.
“ Maafkan saya Cell ,” Mello lalu bicara dengan supir truk itu dengan bahasanya, mungkin menyuruh supir itu mengantarku ke kota.
“ Apa kita bisa bertemu kembali ?” tanyaku tak mau melepas tangannya.
“ Mungkin…………” jawabnya, aku pun langsung memeluknya dari truk itu. Aku menangis sedih. Andai aku tak bisa bertemunya kembali, bagaimana? Aku tak mau !
“ Aku, aku merasa sejak pertama kali bertemu kamu, aku….aku suka sama kamu ,” ucapku, lalu melepas pelukku. Ia hanya membalas dengan tersenyum. Truk pun berangkat, perlahan tanganku dan tanganya mulai lepas.
“ AKU AKAN MENUNGGU KAMU !” teriakku. Ia pun segera berlari kearah hutan itu, ia kembali. Oh Tuhan, lindungilah dia.
Sepanjang perjalanan aku melihat hutan disekelilingku, saat itu aku berpikir, “ Hutan – hutan itu penuh dengan misterius dan kekejaman, bagaimana mereka bisa terus bertahan ?”
*****
“ Cella !” seru seseorang yang tidak ku kenal
“ Mariam, nyonya Mariam .”
Ia tersenyum, “ Ia”
Tak beberapa hari kemudian, paman datang ke kota. Tapi, aku tak melihat Mello.
“ Paman Mello mana ?” tanyaku ketakutan. Tiba – tiba dari samping Paman Mello muncul perlahan.
“ Saya disini !”
Aku terdiam, gembira, senang, dan, “ MELLO !”
*****
“ Besok aku kembali ,” ujarku tersenyum
“ Besok ?”
“ Iya !” kamipun terdiam seketika.
“ Ehm, Cell, tentang yang kemarin, saya, saya….,”
“ Nggak perlu dijawab kalau kamu nggak bisa jawab !” sambungku
“ Saya juga suka padamu,” ujarnya buatku senang, tapi tiba – tiba, “ tapi, untuk sekarang saya tidak mau memikirkan itu dulu, “
“ Aku juga, tahu nggak, ini pertama kali aku jatuh cinta lho !”
Ia hanya membalas dengan tersenyum
“Terlalu dini bagi saya sekarang ini untuk memikirkan itu. Tapi saya akan kembali padamu jika saya berhasil sekolah. Yang saya pikirkan sekarang adalah sekolah dulu, kamu kan tahu saya sudah lama tidak bersekolah, jadi saya harus mengejar semua ketinggalan saya.”
“ Aku mengerti, semoga berhasil ya !”
Mello tersenyum, dan kami pun memandang matahari yang akan segera tenggelam.
*****
“ Semoga kita bisa bertemu kembali ya !” seruku
“ Iya ,” jawabnya
“ Cella, ayo !”
“ Iya paman !”
“ Aku berangkat ya ,” ucapku pada Mello, lalu aku langsung memeluknya, pelukan perpisahan, aku pun tersenyum ,” Dadah!”
“ Dah !”
“ Tante kami berangkat ya !”
“ Iya !”
“ Good bye !”
*****
“ Cella bangun sudah pagi !”
“ Mom masih ngantuk, “ pelasku.
“ Ini sudah jam tujuh, hari ini kan pertama kamu masuk sekolah lagi.”
“ Biar….!” ucapku malas, “ Apa………Aaaaaaaaaa…..!”
*****
“ Untung masih keburu ,” ucapku mengelus dadaku saking capeknya.
“ Cewek, godain kita dong !”
Napa lho, Ndro. Aku Cella tahu !”
“ Cella, what happened with you ? kamu cantik banget ”
“ Sesuatu yang tak akan ku lupakan !” jawabku lalu lekas ke kelas dengan tatapan yang kudapatkan, kagum, bingung, ‘not believe’.
Teng teng teng…….
“ Morning class !”
“ Morning miss !”
“ Kumpulkan tugas yang ibu berikan selama liburan !”
“ Baik !”
Waktu berlalu, saatnya pulang.
“ Hei lihat !” aku mendengar semua orang mengatakan itu, ada apa ya? Aku jadi penasaran. Angin berhembus begitu cepat. Rambut yang kini terurai, terbawa angin lembut, saat ku lihat, “ MELLO !”, aku segera berlari ke arahnya.
Cinta bukan masalah keharusan. Menunggu untuk kesetiaan, sabar untuk penantian, kesuksesan untuk masa depan cemerlang. Raih cintamu bukan dengan buaian dunia, tapi raih cintamu dengan citamu. Selamat bahagia.
Written by Febrina Berlianti as me
(11pg, end)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave ur comment, ^^